Laman

Selasa, 29 November 2011

3 idiots : Knowledge Comes, But Wisdom Lingers



Film “3idiots” diputar oleh sebuah stasiun TV swasta malam ini. Kedua mata inipun menonton lagi untuk kesekian kali. Saya tidak secara khusus menggemari film India, namun – diluar tarian, nyanyian dan derasnya air mata pada wajah-wajah maskulin – saya masih belum menemukan film lain dengan relevansi dan kejernihan pesan sebagaimana 3idiots. Film iniadalah kritik moral terhadap cara pandang usang mengenai keluarga, pendidikan, pekerjaan, kesuksesan dan kehidupan. Tergambar secara gamblang dinamika dan kompleksitas interaksi antara anak, orang tua, teman dan guru. Ve Handojo, teman twitter dan penganjur paling awal untuk nonton 3idiots memang benar, kisahnya inspiratif karena sangat dekat dengan dinamika di Indonesia sekarang. 
Not every teacher is a parent but every parent is a teacher. Orang tua menginginkan segala hal terbaik bagi anaknya. Keinginan yang seringkali dimanifestasikan, secara sadar ataupun tidak, agar si anak meneruskan mimpi-mimpi terputus mereka. Anak senantiasa harus membuktikan kepada orang tua bahwa ia pantas dibanggakan sebagai anak dengan meneruskan mimpi-mimpi orang tuanya – seolah sebagai jalan satu-satunya menuju kebahagiaan & ketercapaian hidup. Guru bagaikan “Dewa” yang bisa menentukan masa depan anak. Pernak-pernik lain tentunya lambang-lambang kesuksesan itu sendiri: tempat kerjajabatanmobil menterengrumah mewah dan tentunya uang. Siklus ini berujung pada keresahankesepian kesemuan. Tidak heran 9 dari 10 orang masih belum bisa membedakan antara passion dengan occupation (profesi). Bagaimana dengan anda?

Knowledge comes, but wisdom lingers. Pendidikan bukan sekedar pencapaian gelar akademis namun juga mencakup segala hal yang dipelajari di rumah, dan – yang sering dilupakan – diantara rumah dan sekolah. Didi Nugrahadi & Pungkas Riandika, teman-teman ngobrol malam hari telah bertindak lebih jauh. Mereka adalah promotor pendidikan informal yang gratis, santai & kontekstual. Mas Didi melalui #obsat (obrolan di Jl. Langsat) dan Pungkas dengan #TWITALK. Mereka membuktikan bahwa pendidikan bukan soal “belajar apa” (WHAT to learn) tapi “bagaimana belajar” (HOW to learn). Bagaimana dengan kita?

There is always room at the top – use things & love people, not the other way around. (… bukan sebaliknya) Kunci sukses terletak pada bagaimana mendefinisikan sukses itu sendiri. Uang, ketenaran dan kekuasaan memang bentuk kesuksesan yang mudah... dan menyenangkan. Namun apakah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan paling mendasar: Siapakah saya? Apa makna keberadaan saya? Dan apa yang akan terjadi pada saya setelah seluruh waktu berlalu?

Embrace your passion & live a life that matters to you. Kolom ini   tidak       meresensi 3idiots namun tidak ada salahnya bagi yang belum sempat menonton untuk meluangkan 3 jam. Siapa tahu akan mempengaruhi kehidupan anda dan orang terdekat anda dalam 30 tahun kedepan? 

Carpe diem, adalah sebuah kalimat dalam bahasa Latin yang artinya adalah: "Petiklah     

hari." (Horatius) Kalimat lengkapnya adalah: "carpe diem, quam minimum credula  
postero" yang berarti: "petiklah hari dan percayalah sedikit mungkin akan hari esok."
Maksud kata-kata ini adalah orang dianjurkan untuk hidup memanfaatkan hari ini  secara lebih optimal tidak menunda sesuatu untuk hari esok, dengan begitu kita lebih dapat memanfaatkan waktu yang diberikan secara optimal.


Rene Suhardono – CareerCoach
Penulisbuku: “Your Job is NOT Your Career”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar